span.fullpost {display:none;}
Read more!

Islam

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Demak, Jateng, Indonesia

Kamis, 19 Februari 2009

HIKMAH HIDUP


Enam Hal Kerusakan Hati dan Penderitaan

Dari Hasan Bashri r.a. berkata :
Sesungguhnya kerusakan hati itu desebabkan oleh enam
hal : (baca KISAH GADIS BUTA,click sini)

1. Melakukan perbuatan dosa seraya berharap agar taubatnya diterima.
2. Mempelajari ilmu dan tal mengamalkannya.
3. Jika beramal tak ada keikhlasan
4. Memakan rizki dari Allah tanpa bersyukur kepadaNya
5. Tidak ridha kepada apa yang telah diberikan Allah padanya
6. Menguburkan jenazah tanpa mengambil I’tibar padanya (Baca=nikmat panjang Umur)

Dan beliau pernah pula berpesan :
Barang siapa memilih dunia lebih dari akhirat, dia
akan menderita enam penderitaan dari Allah, tiga di
dunia dan tiga di akhirat :

(Baca: Agar suap tidak menguap)

1. Bergelimang dengan cita-cita tanpa akhir
2. Selalu menumpuk materi tanpa merasa cukup
3. Dicabut darinya rasa kemanisan dalam
4. beribadat

Adapun tiga penderitaan di akhirat itu :
1. Kebebingungan pada hari kiamat
2. Perhitungan berat (yang dihadapinya)
3. Kerugian yang berkepanjangan

Minggu, 30 November 2008

KHILAFAH DAN KEPEMIMPINAN MENURUT IBNU KHALDUN

KHILAFAH DAN KEPEMIMPINAN MENURUT IBNU KHALDUN
Oleh:Kholil Misbach,Lc
Ibnu Khaldun mengatakan dalam muqaddimahnya pasal 25 bahwa hakikat kerajaan biasanya cendrung mengarah kepada kediktatoran. Biasanya raja dipilih berdasarkan kekuatan dan kemampuannya. Untuk itulah seorang raja biasanya diktator, otoriter dan memaksakan kehendak kepada para bawahannya. Seorang raja biasanya berbuat dzalim kepada orang yang dipimpinnya dan memberikan beban berat yang sulit dipikul para rakyatnya.

(BACA: BAHAYA SUAP)

Untuk itulah diperlukan sebuah kepemimpinan yang ada aturan mainnya secara bijaksana sehingga tidak ada kudeta di dalamnya. Kalau secara logika saja perlu aturan main dalam berpolitik maka sungguh bijaksana Allah yang mengatur aturan berpolitik menurut agama guna mengatur kehidupan dunia dan akhirat. Allah menciptakan manusia bukanlah untuk menikmati kehidupan dunia saja, kalau hanya dunia tujuan manusia maka ia akan berakhir setelah ia mati dan binasa, sedangkan Allah menciptakan manusia bukan untuk sia-sia. Allah berfirman artinya:”Apakah kalian mengira sesungguhnya kami menciptakan kalian sia-sia (Al Mukminun 23).
Maksud politik agama adalah agama yang mengatur akan kebahagian di akhirat mereka selain di dunia. Yaitu jalan Allah Yang bagi-Nya apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. (As Syura 42).
Syariat Islam datang mengatur seluruh kehidupan manusia baik ibadah maupun muamalah, sampai dalam hal kekuasaan yang merupakan sebuah tabiat sosial manusia. Dengan adanya syariat dimaksudkan agar semuanya diatur dalam koridor ketentuan Allah.
Bukannya kediktatoran, otoritas dan kedzaliman yang dikedepankan, kerena semua itu tercela dalam kebijaksanaan politik. Semua yang menuju perbuatan tercela maka tercelalah karenanya.
Allah SWT berfirman: Dan Barangsiapa Allah tidak menjadikannya nur maka ia tidak akan mempunyai Nur. (QS:24:40)
Hal itu karena Allah Maha Tahu akan kemashlahatan hamba-hamba-Nya baik di dunia maupun di Akhirat, semua perbuatan manusia akan kembali ke sana baik berupa kekuasaan maupun yang lainnya.
Adapun kebijaksanaan politik praktis hanya bertujuan untuk kepentingan dunia saja, sedangkan kebijaksanaan Allah untuk kepentingan dunia dan akhirat, untuk itulah yang kekuasaan dalam Islam dipegang oleh para nabi dan para penerusnya (khalifah).
Menurut saya: Memang benar apa yang dikatakan Ibnu Khaldun, jadi seorang penguasa harus memiliki dua fungsi yaitu menjaga dunia (Harasatu ad dunya) dan menjaga agama (harasatu ad din). Jadi orang yang paling pantas jadi pemimpin hakikatnya adalah para nabi dan para ulama yang paling dekat dengan perilaku nabi saw. Para ulama inilah yang paling patut untuk dicontoh dan menjadi panutan.Tapi anehnya biasanya para alim ulama gak punya uang untuk calon menjadi pemimpin, mereka biasanya berasal dari kalangan kaum miskin yang untuk kehidupan sehari-hari saja sudah kewalahan. Yach saya Cuma berharap pemimpin bangsa masa depan adalah orang yang terbaik di Indonesia, orang yang terbaik ini tercermin dari ketakwaannya kepada Allah SWT. Wallahu A’lam

BACAAN: BAHAYA MALAS CLICK sini
MANFAATKAN WAKTUMU click sini

Label:

Ibnu Hajar; Tokoh yang Bersahaja

Ibnu Hajar; Tokoh yang Bersahaja
dengan Jarh wa Ta`dîl-nya
Oleh: Abdullah Munif

Pendahuluan
Mempelajari seorang tokoh dalam sebuah disiplin ilmu memiliki nilai tersendiri, karena berkaitan langsung dengan keilmuan tersebut. Terutama ilmu hadits, dengan segala lika liku yang dilewati oleh seorang tokoh tentunya akan menjadi ibroh bagi kita. Betapa susahnya mereka mencari kebenaran yang hakiki, demi menjaga ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw.. Mereka berusaha keras tanpa mengenal lelah kesana kemari hanya untuk mendengarkan sebuah hadits dari seorang ulama. Tidak berhenti disitu saja, mereka terus mengkaji dan mendalami sampai mereka benar-benar mampu menguasai disiplin ilmu tersebut.
Dengan demikian, perjalanan hidup seorang tokoh tak lepas dari yang namanya kitab dan sebuah buku tulis(nama sekarang), karena setelah membaca berbagai kitab yang ada, mereka langsung menuangkan ide-ide baru mereka dalam sebuah tulisan. Begitu juga yang ada dalam jiwa ulama hadits kita, Ibnu Hajar. Dengan ketekunan dan keuletannya, beliau mampu menelurkan karya-karya monumental dalam bidang hadits dan ilmu hadits. Bahkan dengan kepiawiannya beliau menjadi ulama tersohor di zamannya.

Biografi Ibnu Hajar al-Asqolany
Ulama yang bernama Ibnu Hajar ini mempunyai nama laqob Sihabuddin dan kunyah Abu al-Fadhl. Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Ahmad al-Asqolany. Beliau dilahirkan di Mesir pada tanggal 22 Sya`ban 773 H bertepatan dengan 1372 M. Kendatipun ia lahir dan tumbuh di Mesir, namun gelar yang menempel pada dirinya adalah Asqalan, suatu daerah di Palestina. Menurut catatan sejarah nenek moyang, beliau pindah dari Asqolan ke Mesir pada tahun 573 H, yaitu pada waktu kekuasaan Shalahuddin al-Ayyubi. Kepindahan atau lebih tepatnya eksodus warga Asqolan ini dikarenakan takut akan penyerbuan tentara salib. Lebih-lebih pemerintahan Asqalan pada waktu itu tidak mempunyai kekuatan yang memadai untuk menghadang serangan musuh yang nota bene sudah siap dengan peralatan yang jauh lebih canggih.
Dalam usianya yang masih belia, beliau telah menjadi yatim piatu. Semenjak itu, beliau diasuh oleh al-Khoirobi, saudagar kaya Mesir. Dalam asuhan al-Kharubi, Ibnu Hajar kecil dimasukkan pada kuttab (Sekolah al-Qur`an) di waktu umurnya masih lima tahun. Karena ketekunan dan memang mendapatkan anugerah kecerdasan di atas rata-rata, beliau mampu menghafal al-Qur'an pada waktu umur 9 tahun. Sehingga ada yang mengatakan dia menghafal surat Maryam dalam sehari. Dia juga menghafal banyak hadits. Pada tahun 786 H al-Kharubi meninggal ketika pergi bersama Ibnu Hajar ke Mekkah. Dan yang menjadi pengasuh berikutnya adalah Syamsuddin al-Qhatthan, guru Al-quran, fiqih, lughat dan hisab.
Nama Ibnu Hajar bisa diidentikkan dengan hadits. Dan memang ia sangat tertarik mempelajari ilmu hadits (disini penulis akan membahas jarh wa ta`dil saja). Seluruh waktunya dihabiskan untuk mempelajarinya. Lebih khusus lagi dalam majlis kedua gurunya (al-Bulqini dan Ibnu al-Mulqin). Beliau juga menjalin hubungan dengan pemerintah, sehingga beliau banyak mengetahui urusan politik dan kemasyarakatan. Dalam hal ini ia mengarang kitab “Inba' al Ghamr bi Abna' al-Umr” dan kitab “ad-Durar al-Kâminah fi 'Ayan al Mi'ah al Tsâminah”. Alim besar ini sempat juga mengajar di Madrasah al-Syaikhuniyyah di daerah Ibnu Thulun pada tahun 808 H atas perintah Sultan al-Faraj bin al-Barquq. Jabatan ini sangat prestise karena hanya bisa dipegang oleh ulama-ulama besar. Di samping mengajar di Madrasah yang prestise itu ia juga menjadi pengajar di al-Mahmudiyyah yang terkenal akan keindahannya. Setelah tiga tahun menjalani kehidupan mengajar di kedua tempat tersebut sang alim hadis ini pindah ke Madrasah al-Jamaluddin dengan gaji setiap bulannya 300 dirham. Di samping mengajar ia juga mempunyai wewenang dalam berfatwa juga punya jabatan dar al-'adl dan pimpinan penghulu (qodi) madzhab Syafi'i.
Ibnu Hajar termasuk ulama' yang produktif menulis. Karangannya mencapai 150 buah dan masterpiece-nya ialah “Fath al-Bâri fi al-Syarh al-Bukhori”. Buku karangan Ibnu Hajar sangat beragam, mulai dari sejarah, filsafat sampai adab. Dalam kitab “al-Tarajim” ia mampu menuturkan semua tokoh yang mempunyai keutamaan, tidak seorangpun yang terlewatkan dalam bukunya yang cukup popular ini.

Pandangan Ibnu Hajar dalam al-Jarh wa al-Ta`dîl
Ilmu al-Jarh wa al-Ta‘dîl muncul bersamaan dengan munculnya periwayatan di dalam Islam. Karena mengetahui khabar-khabar (riwayat-riwayat) harus lewat para perawinya. Pengetahuan itu dapat memungkinkan seorang ulama untuk ‘menghukumi’, apakah mereka jujur atau berdusta. Sehingga, mereka mampu untuk membedakan riwayat yang dapat diterima (al-maqbûl) dari yang tertolak (al-mardûd). Oleh karena itu, mereka mempertanyakan tentang para perawi, melihat dengan cermat seluruh sisi hidup mereka dan membahasnya – secara kritis – sampai mereka tahu siapa yang paling baik hafalannya (ahfazh) dan paling lama mujâlasah (pergaulan dalam menuntut hadits)nya dari yang paling pendek.
Para perawi yang meriwayatkan hadits bukanlah semuanya dalam satu derajat dalam segi keadilannya dan hafalan mereka. Diantara mereka ada yang hafalannya sempurna, ada yang kurang sempurna, ada pula yang sering lupa serta ada yang berdusta dalam hadits. Maka Allah membuka perbuatannya ini melalui para ulama` yang sempurna pengetahuannya. Oleh karena itu, para ulama` menetapkan tingkatan Jarh wa Ta`dîl, dan lafad yang menunjukkan pada setiap tingkatan, masing-masing ada enam tingkatan, seperti yang ada dalam kitab "Nuzhatun Nadhor" karangan Ibnu Hajar.
Dalam masalah mana yang didahulukan antara Jarh wa Ta`dîl, Ibnu Hajar memilih jika antara Jarh dan Ta`dil ada pertentangan, maka Jarh yang didahulukan, seperti yang disepakati oleh para ulama`. Tapi itu tidak menafikan bahwa pertentangan tersebut harus diselesaikan dengan ada yang paling diunggulkan.
Ibnu Hajar mengatakan dalam kitab "Lisânul Mîzan" bahwasanya, ketika para ulama menemukan perbedaan dalam men-jarh wa ta`dil seseorang maka yang benar adalah tafsîl. Apabila dalam men-jarh seseorang tersebut dengan mentafsirinya secara detail maka diterima. Sebaliknya, apabila tidak bisa dengan jarh maka dengan cara ta`dîl. Adapun orang yang tidak diketahui atau bahkan tidak dikenal kecuali dari perkataan imam hadits bahwasanya itu do`îf, matrûk dan lain sebagainya, maka perkataan itu dikembalikan kepada para imam, dan kita tidak perlu menafsirinya. Artinya, jarh tidak diterima kecuali ada yang menafsirkan bagi orang yang dipertanyakan tsiqoh-nya.
Begitu pentingnya jarh wa ta`dîl membuat para ulama menelurkan karya-karya mereka. Ini terbukti dengan berkembangnya jarh wa ta`dîl pada abad ketiga dan keempat hijriah. Komentar mengenai para tokoh secara jarh wa ta`dîl sudah dikumpulkan. Permulaan penyusunan dalam ilmu ini dinisbatkan kepada Yahya bin Ma`in dan Ahmad bin Hanbal. Setelah generasi tersebut, banyak dari karya-karya ulama yang tetap memasukkan perkataan para generasi awal.
Diantara karya-karya mereka yang sampai kepada kita:
1. Kitab Ma’rifatur-Rijâl, karya Yahya bin Ma’in (wafat tahun 233 H), terdapat sebagian darinya berupa manuskrip.
2. Kitab Adl-Dlu’afâ’ wal-Matrukîn, karya Imam Shmad bin Ali An-Nasa’I (wafat tahun 303 H), telah dicetak di India bersama kitab Adl-Dlu’afâ’ karya Imam Bukhari.
3. Kitab Rijâl al-Bukhari wa Muslim, karya Abu Abdillah Al-hakim An-Naisabury (wafat tahun 404 H); telah dicetak.
4. Kitab Tahdzîbut-Tahdzîb, karya Al-hafidh Ibnu Hajar Al-‘Atsqalani (wafat tahun 852 H), yang merupakan ringkasan dan perbaikan dari Tahdzîbul-Kamâl karya Al-Hafidh Al-Mizzi; dan dia adalah kitab yang paling menonjol yang dicetak secara terus-menerus. Di dalamnya Ibnu hajar telah meringkas hal-hal yang perlu diringkas, dan menambah hal-hal yang terlewatkan di kitab asli, dan kitab Kitab Tahdzîbut-Tahdzîb adalah kitab paling baik dan paling detil.
5. Kitab Taqrîbut-Tahdzîb, karya Ibnu Hajar juga.
6. Kitab Lisânul-Mîzân, karya Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Atsqalani.

Penutup
Sebagai penutup, penulis menyimpulkan beberapa poin penting menyangkut jarh wa ta`dîl. Pertama, sanad merupakan karakteristik umat Islam, yang tidak ada di dalam umat-umat yang lain, seperti Yahudi dan Kristen. Maka wajar jika sanad dianggap sebagai “agama” itu sendiri. Kedua, tradisi sanad telah dibudayakan sejak zaman sahabat, dan dilanjutkan hingga hari ini. Dengan demikian, orisinalitas hadits Nabi saw. dapat dipertanggungjawabkan hingga hari kiamat. Keempat, al-jarh wa al-ta‘dîl merupakan usaha yang sangat ilmiah dan kritis dalam menilai pribadi seorang perawi. Oleh karena itu, para ulama` sangat hati-hati dalam membuat frame penilaian dan kritik. Wallâhu a`lam []

Senin, 24 November 2008

BAHAYA BERPALING DARI WAHYU

BAHAYA BERPALING DARI WAHYU
Oleh: Kholil Misbach, Lc
Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan kitab ini (al Qur`an) beberapa kaum dan merendahkan beberapa kaum lagi dengan-Nya.
(Hadits Riwayat Bukhari dari Utsman bin Affan).
Memang benar, Al Qur`an sudah mengangkat Abu Bakar, Umar, dsb yang dulunya adalah bangsa yang suka berperang antar suku, mereka dulunya orang-orang yang tidak ada namanya dalam sejarah. Namun tiba-tiba mereka bisa ditakuti oleh Persia dan Romawi, bahkan mereka menjadi penakluk kekuasaan Persia dan beberapa daerah yang dulunya dikuasai Romawi. Tidak ada yang mengangkat derajat mereka ini kecuali dengan al Qur`an.
Sebaliknya siapapun yang menentang Wahyu al Qur`an ini mereka akan menjadi terhina dan terlaknat. Mana kekayaan Abu Jahal, Abu lahab, Rustum, dsb. Mereka dilaknat oleh umat ini walaupun dulunya mereka kaya.
Allah SWT berfirman:
ومن أعرض عن ذكري فإن له معيشة ضنكا ونحشره يوم القيامة أعمى (طه 124)
Artinya:” Dan sesiapa yang berpaling ingkar dari ingatan dan petunjukKu, maka sesungguhnya adalah baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan himpunkan dia pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
Dalam ayat sebelumnya Allah menjelaskan: “ kemudian jika datang kepada kamu petunjuk dariKu, maka sesiapa yang mengikut petunjukKu itu nescaya ia tidak akan sesat dan ia pula tidak akan menderita azab sengsara. (Thaha 123).
Maha Benar Allah, memang, manusia apabila mengikuti petunjuk Allah tidak akan tersesat jalannya baik di dunia maupun di akhirat. Bagaimana ia mungkin tersesat karena ia mengikuti jalan yang paling lurus dan paling benar, yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat Allah dari golongan para nabi, orang-orang jujur, para syuhadak dan para orang-orang shaleh. Bukannya jalan orang-orang yang dimurkai Allah seperti orang-orang Yahudi yang mengetahui kebenaran akan tetapi menentangnya, berilmu tetapi menyesatkan dan menjual ayat-ayat Allah dengan harga murahan. Bukan pula jalan orang-orang yang tersesat seperti kaum Nasrani yang tidak mengetahui kebenaran.
Sungguh manusia dalam hidupnya adalah seperti hakim, ada tiga jenis hakim yang hanya satu hakim saja yang akan selamat. Ada hakim yang mengetahui kebenaran akan tetapi ia tidak menghukumi dengan kebenaran tersebut maka ia akan masuk neraka. Ada juga hakim yang tidak mengetahui kebenaran dan menghukumi dengan kebodohannya maka iapun akan masuk neraka dan ada hakim yang mengetahui kebenaran dan ia menghukumi kebenaran maka ialah yang akan masuk surge.
Begitu juga manusia barang siapa bodoh atau tidak mengamalkan kebenaran yang ia ketahui maka ia akan celaka dan sebaliknya barang siapa mencari kebenaran lalu menghukumi kebenaran itu maka niscaya ialah yang akan selamat di dunia dan di akhirat.
Untuk itulah kita mesti mencari kebenaran dengan sungguh-sungguh. Janganlah mengatakan segala sesuatu yang belum diketahui benar kebenarannya. Sesungguhnya telinga, mata dan seluruh anggota badan akan dimintai pertanggung-jawaban oleh Allah Sang Pencipta.
Allah SWT berfirman:
Dan janganlah engkau mengikut apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan mengenainya; sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, semua anggota-anggota itu tetap akan ditanya tentang apa yang dilakukannya. (al Isra` 36)
Ayat ini menyatakan agar seorang muslim membisukan dirinya kecuali untuk kebaikan, janganlah ia membawa perkataan orang-orang tanpa difilter terlebih dahulu dan dicari siapa perawinya, sebelum dipertimbangkan baik dan tidaknya. Termasuk dalam perkataan ini adalah tulisan karena tulisan juga merupakan bahasa dan ungkapan hati seseorang.
Jika anda sudah mampu mengendalikan diri anda dan menggunakan seoptimal mungkin diri anda dalam kebaikan niscaya anda akan menjadi orang terbaik di lingkungan anda tanpa anda memintanya. Wallahu A’lam.

Urgensi Niat

oleh:Kholil Misbach Lc

Niat adalah amalan batin yang sangat penting, hal ini sebagaibamana haits Nabi saw: Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya. (HR. Bukhari Muslim)
Niat inilah yang akan membedakan sebuah amalan, ia karena Allah, atau karena makhluk.
diriwayatkan oleh Aisyah ra ia berkata bersabda Rasulullah saw: Akan menyerang sebuah pasukan Ka'bah, ketika mereka di Sahara maka ditenggelamkanlah mereka dari yang pertama hingga yang terakhir. ia berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah: Bagaimana mereka dibenamkan dari yang awal hingga yang terakhir padahal di antara mereka ada pasar-pasar mereka dan orang-orang selain mereka? beliau saw menjawab: Di tenggelamkan dari awal mereka hingga yang terakhir kemudian mereka dibangkitkan menurut niat mereka masing-masing. (HR. Bukhari dan Muslim).

baca: Jangan malas. click sini
Nasehat click sini
Kisah si gadis Buta click sini
Urgensi Waktu clikc sini
Indahnya isteri Shalehat. click sini

Label:

Minggu, 26 Oktober 2008

Fatwa Bursa Saham


حكم التداول في البورصة

بعد الانهيار الكبير الذي حدث في البورصات العالمية والمحلية تساءل كثير من الناس عن مشروعية التداول في البورصة، فأعمال البورصة متعددة ومتشابكة؛ ولا يمكن إعطاء حكم شرعي عام يشمل جميع هذه المعاملات؛ فإن كل معاملة لها حكمها الخاص، ولكن يمكن القول: إن السندات بأنواعها لا يجوز التعامل فيها لا بيعاً، ولا شراء، ولا سمسرة.
أما الأسهم فلا مانع من تداولها بشرط صدورها عن شركات معروفة، وتكون أنشطتها حلالاً لا شبهة فيها، كما يشترط ألا تتعامل هذه الشركات بالربا إقراضاً، أو اقتراضاً.
أما أسهم البنوك الربوية، وشركات الخمور، والإنتاج السينمائي على الوضع الذي هي عليه فلا يجوز تداولها.
وقد أجمع الفقهاء المعاصرون على هذه الضوابط في التعامل مع البورصة حتى يكون الاستثمار فيها حلالاً، ومن هؤلاء: العلماء المجمع الفقهي الإسلامي، ود. يوسف القرضاوي، ود. سامي بن إبراهيم السويلم، ود. محمد بن سعود العصيمي، والشيخ خالد بن إبراهيم الدعيجي،... وغيرهم، ومن الفقهاء من حرّم التعامل في البورصة كلية نظراً للغرر، والمقامرة، وعدم التقابض باليد، ومن هؤلاء العلماء د. نوح علي سليمان مفتي عام المملكة الأردنية.
المجمع الفقهي الإسلامي
وقد أصدر المجمع الفقهي الإسلامي بمكة المكرمة فتوى جامعة في هذا الخصوص، هذا نصها:
قرار المجمع الفقهي في أسهم وسندات البورصة:
إن مجلس المجمع الفقهي الإسلامي قد نظر في موضوع سوق الأوراق المالية والبضائع (البورصة) وما يعقد فيها من عقود بيع وشراء على العملات الورقية وأسهم الشركات وسندات القروض التجارية والحكومية والبضائع، وما كان من هذه العقود على مُعجّل، وما كان منها على مُؤجّل، كما اطّلع مجلس المجمع على الجوانب الإيجابية المفيدة لهذه السوق في نظر الاقتصاديين والمتعاملين فيها وعلى الجوانب السلبية الضارة فيها ثم خلص إلى:
أولاً: إن غاية السوق المالية (البورصة) هي إيجاد سوق مستمرة ودائمة يتلاقى فيها العرض والطلب والمتعاملون بيعاً وشراء، وهذا أمر جيد ومفيد ويمنع استغلال المحترفين للغافلين والمسترسلين؛ الذين يحتاجون إلى بيع أو شراء، ولا يعرفون حقيقة الأسعار، ولا يعرفون من هو المحتاج إلى البيع ومن هو المحتاج إلى الشراء. ولكن هذه المصلحة الواضحة يواكبها في الأسواق المذكورة (البورصة) أنواع من الصفقات المحظورة شرعاً والمقامرة والاستغلال وأكل أموال الناس بالباطل؛ ولذلك لا يمكن إعطاء حكم شرعي عام بشأنها، بل يجب بيان حكم المعاملات التي تجري فيها كل واحدة منها على حدة.
ثانياً: إن العقود العاجلة على السلع الحاضرة الموجودة في ملك البائع التي يجري فيها القبض فيما يشرط له القبض في مجلس العقد شرعاً هي عقود جائزة، ما لم تكن عقوداً على محرم شرعاً، أما إذا لم يكن المبيع في ملك البائع فيجب أن تتوافر فيه شروط بيع السلم، ثم لا يجوز للمشتري بعد ذلك بيعه قبل قبضه.
ثالثاً: إن العقود العاجلة على أسهم الشركات والمؤسسات حين تكون تلك الأسهم في ملك البائع جائزة شرعاً، ما لم تكن تلك الشركات أو المؤسسات موضوع تعاملها محرم شرعاً كشركات البنوك الربوية وشركات الخمور، فحينئذ يحرم التعاقد في أسهمها بيعاً وشراءً.
رابعاً: إن العقود العاجلة والآجلة على سندات القروض بفائدة بمختلف أنواعها غير جائزة شرعاً؛ لأنها معاملات تجري بالربا المحرم.
خامساً: إن العقود الآجلة بأنواعها التي تجري على المكشوف، أي على الأسهم والسلع التي ليست في ملك البائع بالكيفية التي تجري في السوق المالية (البورصة) غير جائزة شرعاً؛ لأنها تشتمل على بيع الشخص ما لا يملك اعتماداً على أنه سيشتريه فيما بعد ويسلمه في الموعد، وهذا منهي عنه شرعاً، لما صح عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: «لا تَبِعْ ما ليس عندك»، وكذلك ما رواه الإمام أحمد، وأبو داود، بإسناد صحيح عن زيد بن ثابت ]: أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى أن تباع السلع حيث تباع حتى يحوزها التجار إلى رحالهم.
سادساً: ليست العقود الآجلة في السوق المالية (البورصة) من قبيل بيع السلم الجائز في الشريعة الإسلامية، وذلك للفرق بينهما من وجهين:
(أ) في السوق المالية (البورصة) لا يدفع الثمن في العقود الآجلة في مجلس العقد، وإنما يؤجّل دفع الثمن إلى موعد التصفية، بينما الثمن في بيع السلم يجب أن يدفع في مجلس العقد.
(ب) في السوق المالية (البورصة) تباع السلع المتعاقد عليها وهي في ذمة البائع الأول وقبل أن يحوزها المشتري الأول عدة بيوعات، وليس الغرض من ذلك إلا قبض أو دفع فروق الأسعار بين البائعين والمشترين غير الفعليين، مخاطرة منهم على الكسب والربح كالمقامرة سواء بسواء، بينما لا يجوز بيع المبيع في عقد السلم قبل قبضه.
وبناءً على ما تقدم يرى المجمع الفقهي الإسلامي أنه يجب على المسؤولين في البلاد الإسلامية ألا يتركوا أسواق البورصة في بلادهم حرة تتعامل كيف تشاء في عقود وصفقات؛ سواء كانت جائزة أم محرمة، وألا يتركوا للمتلاعبين بالأسعار فيها أن يفعلوا ما يشاؤون، بل يوجبون فيها مراعاة الطرق المشروعة في الصفقات التي تعقد فيها، ويمنعون العقود غير الجائزة شرعاً، ليحولوا دون التلاعب الذي يجرّ إلى الكوارث المالية ويخرب الاقتصاد العام ويلحق النكبات بالكثيرين؛ لأن الخير كل الخير في التزام طريق الشريعة الإسلامية في كل شيء قال الله تعالى: $ّأّنَّ هّذّا صٌرّاطٌي مٍسًتّقٌيمْا فّاتَّبٌعٍوهٍ $ّلا تّتَّبٌعٍوا پسٍَبٍلّ فّتّفّرَّقّ بٌكٍمً عّن سّبٌيلٌهٌ ذّلٌكٍمً $ّصَّاكٍم بٌهٌ لّعّلَّكٍمً تّتَّقٍونّ>153<(الأنعام). والله أعلم.

Selasa, 14 Oktober 2008

EID IN THE SQUARE, LONDON





EID IN THE SQUARE, LONDON .

Ribuan orang berkumpul di Trafalgar Square , jantung kota London, untuk
merayakan Hari Raya Eidul Fitri, hari kemenangan bagi umat Islam.

Trafalgar Square, bundaran yang dibangun tepat 100 tahun lalu itu, mampu
menampung lebih dari 50 ribu orang. Tahun ini panitya penyelenggara
yakni Walikota London, memperkirakan yang akan hadir sekitar 30 ribu
orang untuk merayakan Eidul Fitri tahun ini.


Perayaan Eidul Fitri bersama ini merupakan yang ketiga kalinya yang
dipersembahkan olah Walikota London sebelumnya, yang di prakarsai oleh Ken
Levington, didukung oleh MCB (Muslim Council of Britain), IslamChannel, TV
Media, London Transpsort, Muslim Aid dan British Police Metroploitan.


Pesta Eidul Fitri berlangsung hari Sabtu tanggal 11 Oktober 2008. Mulai dari
jam 11 pagi orang-orang telah berdatangan memenuhi bundaran. Undangan ini
terbuka untuk siapa saja, selain tentunya untuk Muslim yang baru saja
menjalankan ibadah saum pada bulan September lalu.


Acara dimulai pk 12.55 dengan melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran, lalu
dikumandang adzan untuk sholat dzuhur. Dua tenda untuk sholat telah disediakan
bagi perempuan dan lelaki, tepat berhadapan dengan gedung National GalLeri yang
megah itu.


Sambutan Walikota London
Boris Johnson, walikota London yang baru saja terpilih beberapa bulan lalu,
menyampaikan sambutannya, ‘Eid Mubaraaak everybody..’ teriaknya. Didepan
puluhan ribu orang dan mengatakan bahwa ia sangat bangga dengan warisan Islam
yang diwarisinya.


“ Hadirin..mungkin kalian tidak tahu, percaya atau tidak tapi yang pasti 100
tahun yang lalu tahun 1908, nenek moyang saya datang ke London selatan ini,
beliau adalah seorang Muslim yang pandai membaca dan hafal Al-quran’ ujarnya.
‘ Kalau saja ia masih hidup pasti ia akan sangat berbangga bahwa cucunya
sekarang jadi wailkota London . Saya bangga dengan ini! “. (Buyutnya/cicit
berasal dari Turkey. pen)


‘Kita berada dan berkumpul dibundaran ini yang bernama Traflgar Square ,
tahukah kalian makna dari kata-kata ini, dan ini berasala dari bahasa Arab, ada
yang tahu?’ ‘Noo ’ khalayak menjawab’, Boris menyampakan harapannya
bahwa dengan berakhirnya Ramadan dan merayakan Eid sebagai simbol kemenangan,
perdamaian hendaknya betul betul disyukuri dan dinikmati.


Ia juga menekankan kepada para hadirin terutama penduduk London untuk
melaksanakan pesan dan makna dari Eidul Fitri: ‘saatnya kita untuk bersatu
bekerja sama, saling membahu dan memberi sesuatu yang bermanfaat dalam
mengatasi kondisi krisis keuangan’.


‘Saya kira London sebagai kota yang kita cintai memiliki lebih dari segalanya
dan kita akan membutuhkan spirit kesatuan, pertanggungan jawab bersama sebagai
komunitas untuk mengatasi dan menghadapi bersama akibat dari krisis
keuangan', tambahnya. Berbangga dan berbahagialah kalian menjadi orang
London !’ disambut gemuruh oleh khalayak dan mengakhirnya dengan: “ EID
MUBARAK EVERYONE.... !”


Diakui oleh salah seorang pengunjung bahwa London mengalami sebuah perubahan
pada 20 tahun terakhir ini. Satu-satunya kota yang menerima siapa saja baik ras,
kebangsaan, warna dan agama. Adanya kebersamaan, toleransi, saling
menghormat dan menghargai yang tidak bisa anda temukan dikota Eropa lainnya’
ujarnya.


Perayaan ini terbuka bagi siapa saja. Hari ini memang cuaca tanpak cerah dan
temparaturpun cukup hangat. Matahari tercurah dengan murahnya diiringi langit
biru, menambah semaraknya suasana kebahagian bagi yang hadir pada hari itu.


Semenatara alunan nasyid yang dipersembahkan oleh beberapa grup dipanggung
yang cukup besar itu telah membuat para pengunjung ingin mengikutin irama dengan
gerakan tubuh entah itu dengan tepukan tangan atau goyangan kepala,
bahkan keliahtan beberapa pengunjung ikutan bersuka ria dengan penampilan
eksentrik berjoged-joged sehingga menarik perhatian khalayak ramai.


Pemandangan yang luar biasa menariknya adalah anak-anak gadis muslimah
Mereka berseliweran dengan pakaian yang sangat ‘modis dan
ngetren’, mereka menampilkan keindahan pakaian dihari besar ini...dengan
tidak meninggalkan jilbabnya dengan gaya dan model yang berbeda.


Trafalgar Square, yang terletak dijantung kota London dimana tugu pahawannya
orang Inggris yang bernama Nelton berdiri itu tak hentinya dikunjungi oleh
turis dari berbagai negara. Pada hari itupun para turis tidak menyia-nyiakan
kesempatan yang langka ini, datang dan duduk bersebelahan dengan santainya,
ikut merayaan Idul Fitri sambil menghilangkan keingintahuan mereka.


Sahabat ukhti Aqsa, wanita asal Pakistan, begitu rajinnya menyapa para tetamu
yang non Muslim. 'Hallo, where are you from, how did you find this
event. Did you hear the Al-Quran resiting? minimal dia dekati 3 pasang, dari
Irlandia, Polandia dan London. 'Yes I did, it sound very melidious,
beautiful... 'ujarnya (Ya saya dengar, sangat indah mengalun seperti alunan
melodi,pen).


Sementara mobil ambulan, polisi keamanan dengan rompi hijaunya tanpak
berseliweran dan hebatnya Metropolitan Police of Londonmenghadiahkan ‘badge
bundar gratis dengan kata-kata ‘ Eid Mubarak’ . Polwan yang juga berjilbab
itu sempat penulis ajak berbincang tentang dirinya sebagai muslimah dan tugasnya
sebagai polisi.


Suasana riang penuh kebersamaan antara Muslim dan yang bukan diiringi dentuman
suara gendang dari grup nasyid atau alunan suara merdu pembawa nasyid telah
menambah suasana indah di hari itu.


Balon-balon berwarna putih dan hijau dan biru juga menambah indahnya atmosfir
dibundaran itu...puluhan kameraman dari berbagai media, fotograper yang
profesional atau amatiran memenuhi bundaran sementara bau aroma masakan Curry
atau Kare ala India melengkapi semaraknya perayaan hari kemenangan bagi Umat
Islam di London dan sekitarnya. Acara selesai pukul 5 sore...dengan pelannya
hadirin berangsur meningglkan bundaran dengan rasa aman dan tenang. (Al
Shahida).


" Sesungguhnya hidup adalah detik dan menit"

Label: ,